Pidato Gus Miek

Ulama’ Sesepuh – sesepuh sing di-fatechahi kalih tiyang-tiyang sing tertera tercantum dalam Dzikrul Ghofilin niku sing badhe kulo panjengan derek’I fil Akheroh (1998).
(Ulama Para Sesepuh yang mendapat kiriman Fatechah bersama orang-orang yang tertera dan tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan Anda semua ikuti hingga di Akherat (1998).)

*****

Hadirin kolowau wonten ingkang tanglet, “ Gus Miek, Sami’in Qur’an niku menawi Ba’da Sholat Fardhu aqibah kulli maktubalin, sing sae maos menopo ?”. Damel wiridan!! kejawi panjenengan ingkang sampun nderek Ba’dit Thoriqoh Al-Muktabaroh.

Meniko ugi dados simbolipun Dzikrul Ghofilin. Resepipun nderek As-Syaikhul Imam Abi Hamid Muhammad Al-Ghozali, ingkang ugi dipun ijazahaken kaliyan rayinipun Syaikh Ahmad Al-Ghozali (1988).
( Para Hadirin, tadi ada yang bertanya, ‘Gus Miek, Sami’in Qur’an setelah Selesai Sholat Fardhu aqibah kulli maktubalin, sebaiknya membaca apa ?”. Untuk Wiridan !! selain Anda yang sudah mengikuti Ba’dit Thoriqoh Al-Muktabaroh, Ini juga menjadi simbolnya Dzikrul Ghofilin. Resepnya mengikuti amalan As-Syaikhul Imam Abi Hamid Muhammad Al-Ghozali, yang juga di ijazahkan oleh Adiknya Syaikh Ahmad Al-Ghozali (1988).)

*****

Jadi ini sebuah pembangunan yang harus diwujudkan oleh penderek, pimpinan Dzikrul Ghofilin ataupun sema’an Al-Qur’an. Sebab antarane Sema’an Al-Qur’an kaliyan Dzikrul Ghofilin, ingkang sampun dipun simboli kaliyan Fatichah mi’ata marroh ba’da kuli sholah, meniko berkaitan manunggal (1988).
(Jadi ini sebuah pembangunan yang harus diwujudkan oleh pengamal, pimpinan Dzikrul Ghofilin ataupun sema’an Al-Qur’an. Sebab antara Sema’an al-Qur’an dengan Dzikrul Ghofilin, yang sudah diberi simbol dengan Fatichah mi’ata marroh ba’da kuli sholah, ini berkaitan dan menyatu (1988)).

*****

Kulo Panjenengan, anggota Sami’in, Dzikrul Ghofilin khususipun, ayo podo ramah tamah, apik lahir batin karo liyan, karo sesomo, Podo-podo menungso, senajan seje wiridan, seje aliran. Kulo Panjenengan kedah ndukung kawontenan sing pun kadung mantep Fin Naqshabandiyah, Fil Qodiriyah au Fi Asatidz Thoriqoh Muktabaroh. Sampun ngantos terpancing mboten ngurmati dateng salah satunggale aliran wirit ingkang tegas muktabar dengan pakem-pakem ingkang sampun mu’ayyan, khasshoh, lan tegas (1990).
(Saya dan Anda anggota Sami’in & Dzikrul Ghofilin khususnya, Ayo saling ramah tamah, baik secara lahir batin dengan yang lain, dengan sesama. Sama-sama Manusia meskipun berlainan wirid, berlainan aliran. Saya dan anda sekalian harus mendukung keberadaan yang sudah mantap Fin Naqsabandiyah Fil Qodiriyah au Fi Asatidz Thoriqoh Muktabaroh. Jangan sampai terpancing tidak saling menghormati dengan salah satu aliran wirid yang denga tegas muktabar dengan pakem-pakem yang sudah mu’ayyan, khassoh, dan tegas (1990) ).

*****

Demi Allah, manah kulo namung nangis teng Allah, mugo-mugo Sami’in setia pengamal Dzikrul Ghofilin niki kabeh masalah-masalahe tuntas, digateni karo Allah (1991).
(Demi Allah, batin Saya hanya bisa menangis kepada Allah, semoga para Sami’in setia pengamal Dzikrul Ghofilin semuanya, segala masalahnya bisa tuntas, sangat diperhatikan oleh Allah (1991)).

*****

“Gus Miek, kulo teng kampung niku sareng-sareng tiyang kathah ?”.
Sing penting imut teng Allah, mboten rumaos langkung suci ketimbang liyane, ora sempat nglirik maksiate wong liyo, kaleh sinten-sinten nggadah manah sing sae. Nggih niku ciri khase pengamal Dzikrul Ghofilin (1991).
( “ Gus Miek, Saya di kampung itu sering berkumpul dengan orang banyak ?”.
Nasehat Gus Miek, yang penting ingat akan Allah, tidak merasa yang paling suci dari yang lain, tidak usah mengurusi perbuatan maksiatnya orang lain, dengan siapapun harus lebih menonjolkan perilaku yang baik. Itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin (1991)).

*****

Mugi-mugi termasuk Dzikrul Ghofilin sing pun dados ketahanan batiniyah, mangke dados penyangga kulo panjenengan wonten ing sidang-sidang yaumal chisab. Niku sing penting.
Ditengah-tengah kulo panjenengan angel noto bojo, noto rumah tangga, sulitnya menciptakan sesuatu yang indah, tanda-tanda musibah badhe dugi, berarti kulo panjenengan dituntut nyusun ketahanan batiniyah, nyentuh dos pundi supados Allah niku sayang, gati teng kulo panjenengan. Niki mawon (1991).
( Moga-moga wirid Dzikrul Ghofilin bisa menjadi ketahanan batiniyah, menjadi penyangga Saya dan Anda sekalian pada hari sidang Yaumal Chisab. Ini yang sangat penting.
Ditengah-tengah Saya dan Anda sekalian kesulitan menata istri/suami, menata rumah tangga, kesulitan menciptakan sesuatu yang indah. Dan menunggu tanda –tanda musibah yang akan datang, berarti Saya dan Anda sekalian dituntut menyusun ketahanan batiniyah hingga menyentuh bagaimana supaya Allah itu sayang, perhatian dengan Saya dan anda sekalian. Itu saja (1991)).

*****

Pramilo kulo crios dateng lare-lare, ngomongke Dzikrul Ghofilin ojo pisan-pisan diiklan-ne, dipromosi’ne minongko senjata katrol sukses duniawiyah (1991).
( Untuk itu Saya berharap pada anak-anak, berkaitan dengan Dzikrul Ghofilin jangan sekali-kali di-iklankan, dipromosikan sebagai alat atau senjata untuk mengkatrol sukses duniawiyah (1991))

Read Users' Comments (0)

Mukjizat Air Zam Zam Dalam Rahasia Sumur

Sumur Zam-zam terletak dikomplek Masjidil Haram di Mekah Al Mukarohmah. Asal usul sumur zam-zam adalah ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail anaknya di padang gurun di Mekah maka di bekalinya keduanya dengan makanan dan minuman. Ketika makanan dan minuman bekal keduanya telah habis maka Hajar mencari-cari kalau-kalau disekitar situ ada air atau makanan. Maka Allah mengirimkan malaikatnya, dan malaikat memukul-mukul tanah dengan tumitnya, maka mengalirlah air dengan derasnya dan menjadi sumur yang sampai sekarang masih mengalir airnya dengan baik. Kisah itu diriwayatkan oleh Imam Bukhari sbb:

“Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dari Nabi saw;

Perempuan pertama yang memakai korset adalah Ibu Ismail (Hajar) untuk menyembunyikan kandungannya dari siti Sarah. Ibrahim membawanya ketika ia masih menyusui anaknya, Ismail, kesebuah pohon disekitar Zam-zam, tempat paling tinggi disekeliling masjid. Pada waktu itu Makkah adalah tanah kering dan tak berpenghuni. Maka Ibrahim meninggalkan mereka disana berikut sebuah kantung kulit berisi air dan pulang. Ibu Ismail mengejarnya seraya berkata: “Wahai Ibrahim, Mengapa anda meninggalkan kami di tempat terpencil ini?” Ia mengulang-ulang pertanyaan itu, tetapi Ibrahim tidak menggubrisnya. Kemudian ia bertanya, “Apakah ini perintah Allah?” Ibrahim menjawab: “Ya”. Ia berkata: “Kalau begitu Dia tidak akan melalaikan kami”. Ibrahim terus berjalan hingga sampai disebuah tempat yang bernama Tsaniyah, tempat yang luput dari pandangan Hajar dan anaknya. Ibrahim menghadap Ka’bah, mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah:

“Tuhan kami! Telah kutinggalkan sebagian keturunanku dilembah tanpa tanaman, didekat rumahmu yang suci. Tuhan Kami! Supaya mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia mencintai mereka, dan berilah mereka rezeki buah-buahan, supaya mereka bersyukur”. [Ibrahim (14):37].

Ibu Ismail meneteki anaknya dan minum (air bekalnya). Ketika air didalam karung kulit habis, ia dan anaknya diserang rasa haus. Ia melihat anaknya dengan perasaan nyeri, ia meninggalkan anaknya karena tak tahan dengan penderitaannya dan melihat bahwa gunung Al Shafa adalah gunung terdekat yang dapat dicapainyai. Ia berdiri disana dan melemparkan pandangannya kearah lembah dengan harapan dapat melihat seseorang tapi dia tidak melihat siapapun. Kemudian dia turun dari Al Shafa dan sesampainya di lembah ia menyelempitkan jubahnya, berlari dilembah itu seperti orang dirundung malang, hingga sampailah ia diujung lembah dan dari gunung Marwah ia berdiri melemparkan pandangannya kearah lembah berharap melihat seseorang tetapi ia tidak memlihat seseorang pun. Ia melakukan hal itu (lari antara Shofa dan Marwah) sebanyak tujuh kali. Ibnu Abbas berkata: Nabi saw Bersabda; “Ini adalah awal tradisi Sai.” Ketika tiba di Marwah untuk yang terakhir, ia mendengar sebuah suara, dan iapun berkata; “Wahai siapa Anda?” aku mendengar suara, maukah anda menolongku?” Dan dia melihat Malaikat berdiri disebuah tempatmenggali tanah dengan tumitnya, hingga air menyembur deras dari tempat itu. Ia (Hajar) membuat lobang seperti baskom dengan tangannya dan mengisi kantung kulitnya dengan air yang menyembur keras dari tempat itu. Air tetap menyembur dengan keras meskipun ia telah membendungnya. Lebih lanjut Nabi saw bersabda; “Semoga Allah melimpahkan kasihnya kepada Ibu Ismail!” Seandainya ia membiarkan zam-zam dan tidak membendungnya, zam-zam akan menjadi arus deras yang akan meliputi permukaan bumi.” Kemudia Ia minum air itu dan meneteki anaknya. [HR Bukhari, kitab tentang para nabi, juz 4 no 583].

Sungguh merupakan mukjizat sabda Rasulullah saw diatas. Sumur zam-zam telah berumur lebih dari 4000 tahun dan sampai sekarang masih memancar dengan baik. ORANG yang pergi menunaikan ibadah haji tentu tidak melupakan untuk membawa oleh-oleh satu ini, air Zam-zam. Air tersebut, walaupun sedikit biasanya dibagi-bagi ke sanak keluarga, tetangga, bahkan kepada orang-orang yang bertamu menyambut kepulangan dari Tanah Suci. Mungkin tidak ada satu sumurpun di dunia ini yang airnya diminum oleh berjuta-juta orang dari berbagai belahan dunia. Juga mungkin tidak ada satu sumurpun yang airnya telah dibawa keseluruh belahan dunia dari India sampai Brazilia. Sumur Zam-zam merupakan satu-satunya sumur (perigi) yang ada di tanah gersang dan tandus di kota Makah. Zam-zam juga merupakan satu-satunya air yang diminum oleh semua suku di semua negara di dunia, mulai dari suku berkulit hitam sampai yang berkulit putih. Mulai dari suku yang bermata bulat sampai bermata sipit, dari suku yang berbadan besar sampai suku yang berbadan kecil, semua meminumnya.

Tercatat pula secara nyata, sumur tertua di dunia yang masih memberikan kesegaran kepada umat manusia. Jutaan manusia telah datang dan barangkali sudah ratusan juta manusia datang ke Kabah. Mereka mandi, mencuci, berwudu, minum, bahkan membawa pulang air Zam-zam. Tetapi, sumur Zam-zam tidak pernah menampakkan bakal kering. Entah ada apanya air Zam-zam itu, komponen apa yang dikandungnya, hingga Nabi sendiri menyunahkan untuk meminumnya. Tidak mengherankan, apabila para jemaah haji begitu semangat membawanya sebagai oleh-oleh ke tanah air.

Bagi mereka, terutama yang belum berkesempatan berhaji meminum seteguk air nan bening itu akan terasa begitu menyegarkan, apalagi didasari pemikiran, kalau air ini jauh-jauh diambil dari tanah Arab. Harapannya, suatu waktu mereka pun bisa mendapat kesempatan haji seperti si pemberi. Apabila mencari tahu, di mana sebenarnya letak sumber air Zam-zam yang sudah memancar sejak ribuan tahun lalu itu? Jawabannya, tepat di tengah Masjidil Haram, kota Makah. Di sana akan terlihat “keajaiban” air Zam-zam yang diyakini tidak pernah habis sepanjang waktu. Padahal, sumber air itu berada di tengah-tengah gunung batu, serta dilingkari gurun pasir yang tandus dan gersang. Nalar manusia kadang-kadang tidak sampai memahami secara detil pada soal ini. Sejumlah pakar modern menilai, air itu dapat memancar karena posisi ketinggian Makah terletak di bawah laut, sehingga air bawah tanah menekan ke atas. Namun, pertanyaan selanjutnya mengapa tempat lain di Makah tidak mengeluarkan air yang sama? Mengapa penggalian sumur di sekitar Mekah atau bahkan disekitar sumur zam-zam justru tidak mengeluarkan air? Pada jaman masa hidup nabi saw, sumur zam-zam juga merupakan sarana yang penting. Bahkan ketika Rasulullah saw masih kecil, dada beliau pernah dibelah oleh malaikat dan di cuci dengan air zam-zam.

Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya:

Rasulullah s.a.w telah didatangi oleh Jibril a.s ketika baginda sedang bermain dengan kanak-kanak. Lalu Jibril a.s memegang dan merebahkan baginda, kemudian Jibril a.s membelah dada serta mengeluarkan hati baginda. Dari hati tersebut dikeluarkan segumpal darah, lalu Jibril a.s berkata: Ini adalah bahagian syaitan yang terdapat dalam dirimu. Setelah itu Jibril membasuh hati tersebut dengan menggunakan air Zamzam di dalam sebuah bekas yang diperbuat dari emas, kemudian meletakkanya kembali ke dalam dada baginda serta menjahitnya sebagaimana asal. Dua orang kanak-kanak segera menemui ibunya iaitu ibu susuan Rasulullah s.a.w dan mereka berkata: Muhammad telah dibunuh. Seterusnya mereka mengusung baginda, ketika itu rupa baginda telah berubah. Anas berkata: Aku benar-benar pernah melihat kesan jahitan tersebut di dada baginda [Sahih Bukhari, Muslim, kitab Iman bab Isra Nabi saw].

Air zam-zam, sebagaimana sabda Rasulullah saw diatas, seandainya Hajar tidak menecegah keluarnya air maka akan meliputi seluruh bumi. Sampai sekarangpun air zam-zam masih melimpah ruah dan tidak akan habis. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan air jutaan jemaah haji tiap tahunnya air zam-zam tidak pernah kurang. Dalam buku yang dikeluarkan oleh Kerajaan Arab Saudi, Kementerian Penerangan Urusan Penerangan, Penerangan Dalam Negeri, dengan judul “Untuk pelayanan Tamu-tamu Tuhan”, hal 84 disebutkan:

Rata-rata jemaah haji membutuhkan air zam-zam setiap hari 10.000 M3, berarti tiap jam dibutuhkan 765 m3 air zam-zam. Dan perlu disinggung disini, bahwa sejak masa Hajar (Ibu Ismail) air zam-zam selalu mengalir dengan derasnya tanpa henti sama sekali untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji dan para pengunjung meskipun jumlah mereka sangat besar.

Subhanallah! Sumur kecil itu mampu melayani jemaah haji yang berjumlah jutaan orang. Volume 10.000 m3 per hari adalah jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran sebuah sumur. Dalam buku yang sama hal 84 disebutkan bahwa:

Telah dilakukan penyelidikan, penelitian dan pemeriksaan setiap hari bahwa air zam-zam bersih dan tidak tercemar sama sekali dan dapat di minum sesuai dengan standart internasional.

Memang air zam-zam tidak usah dimasak dulu kalau akan diminum. Dan hal itu sehat-sehat saja. Bahkan disebutkan sesuai standar internasional. Mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Mukti Ali pada tahun 1975 pernah menganjurkan kepada para dokter dan ilmuwan untuk meneliti dari segi ilmu kesehatan. Kandungan mineral apa yang diperoleh dari air mulia itu, sehingga para jamaah haji berebut membawanya ke negeri masing-masing. Cerita air Zam-zam, sebagaimana telah diuraikan memang merupakan mukjizat bagi Siti Hajar dan Ismail. Tetapi, dari sudut ilmu pengetahuan (saintifik) dan fakta-fakta geografis maupun topografi, diketahui mata airnya berada sekitar beberapa meter dari Kabah, berada di bawah pelataran yang dipergunakan para jemaah untuk tawaf. Dari keadaan tersebut menunjukkan, bahwa letak Kabah itu sendiri berada di lembah. Apabila dilihat dari Jabal Tsur dengan ketinggian sekira 300 meter dari permukaan laut, maka posisi Kabah semakin jelas berada di lembah yang paling rendah. Ini bisa kita rasakan apabila memasuki Masjidil Haram dari pintu mana pun, kondisinya menurun. Berdasarkan kondisi ini, seorang ahli tanah, Dr. Ir. H. Muhammad Munir, M.S. berpendapat, posisi air mata Zam-zam diperkirakan di bawah permukaan air laut. Jarak mendatar antara Makah dan Laut Merah sekira 50 kilometer dengan kondisi daratan padang pasir. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, sumber air Zam-zam itu berasal dari peresapan (intrusi) dengan air laut yang telah mengalami proses penyulingan (destilasi) alam sepanjang 50 kilometer.

“Sepanjang 50 kilometer air laut mengalami penyulingan dengan suhu udara panas, unsur-unsur garam tertahan oleh pasir sehingga rasa asin berubah menjadi tawar. Secara akal dapat diterima bahwa sumber Zam-zam itu tidak akan bisa habis selama proses penyulingan alami itu terus berlangsung,” kata dosen penguji klasifikasi tanah pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ini.

Disebutkannya pula, dalam air Zam-zam terdapat kandungan yang sarat dengan berbagai unsur yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Menurut analisisnya, ada empat unsur kimiawi yang sangat penting dalam air Zam-zam, yaitu Kalium (K), Natrium (Na), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg).

“Yang menarik perhatian saya dari hasil analisis ini adalah unsur-unsur kimiawi antara air Zam-zam dengan air biasa itu bertolak belakang,” ujarnya.

Munir mencontohkan, apabila di dalam air biasa terdapat unsur besi (Fe) —kendati sangat sedikit, namun unsur tersebut tidak terdapat pada air Zam-zam. Demikian juga unsur Kalsium (Ca) yang pada air biasa sangat tinggi kadarnya, ternyata dalam air Zam-zam diketahui sangat rendah. Sebagaimana diketahui, unsur-unsur tersebut (Fe dan Ca) merupakan unsur yang tidak baik bagi tubuh apabila terlalu berlebihan.

Sebaliknya, unsur-unsur kimiawi yang menguntungkan untuk tubuh adalah Kalium (K). Pada air biasa, kandungannya ternyata sangat sedikit, sebaliknya dalam air Zam-zam sangat tinggi. Demikian pula unsur Magnesium (Mg) yang baik bagi tubuh. Di dalam air biasa kadarnya relatif sedikit, sebaliknya pada air Zam-zam unsur ini sangat tinggi.

Dalam pandangan Muhammad Munir, sebagaimana dilansir Media Center Haji (MCH), memang seperti ada kontradiksi di mana kandungan mineral yang dibutuhkan tubuh pada air biasa sangat rendah, namun dalam air Zam-zam begitu tinggi. Sementara itu, unsur-unsur yang sangat membahayakan bagi tubuh, dalam air biasa sangat tinggi, sebaliknya pada air Zam-zam sangat rendah. Ini memang merupakan hal luar biasa. Sehingga, betul kalau banyak orang yang mengatakan bahwa air Zam-zam itu sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Itulah hebatnya sumur zam-zam, yang airnya telah disalurkan kekota Madinah. Jangan heran dari sumur kecil airnya dialirkan ke kota Madinah dari kota Mekah yang jaraknya hampir 500 km. Mungkin tidak ada satu sumur pun di dunia ini yang airnya akan dapat disalurkan ketempat lain berjarak 500 km. Sumur-sumur lain akan kehabisan air untuk mengisi pipa-pipa sebelum air sampai di tempat tujuan, tidak seperti zam-zam. Disebutkan dalam buku yang sama hal 85:

Air zam-zam diangkut ke Masjid Nabi di Madinah 40.000 m3 setiap hari. Subhanallah!!!

Sumur Zamzam ini, sekali lagi dalam pandangan (ilmiah) hidrogeologi , hanyalah seperti sumur gali biasa. Tidak terlalu istimewa dibanding sumur-sumur gali lainnya. Namun karena sumur ini bermakna religi, maka perlu dijaga. Banyak yang menaruh harapan pada air sumur ini karena sumur ini dipercaya membawa berkah. Ada yang menyatakan sumur ini juga bisa kering kalau tidak dijaga. Bahkan kalau kita tahu kisahnya sumur ini diketemukan kembali oleh Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW) setelah hilang terkubur 5000 tahun (?).

Dahulu diatas sumur ini terdapat sebuah bangunan dengan luas 8.3 m x 10.7 m = 88.8 m2. Antara tahun 1381-1388 H bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat thawaf. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zam-zam dengan sejumlah 350 kran air (220 kran untuk laki-laki dan 130 kran untuk perempuan), ruang masuk laki perempuan-pun dipisahkan.

tnya ditutup, waktu datang lagi berhaji tahun 2003″

Saat ini bangunan diatas sumur Zam-Zam yang terlihat gambar diatas itu sudah tidak ada lagi, bahkan tempat masuk ke ruang bawah tanah inipun sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Tetapi kalau anda jeli pas Thawaf masih dapat kita lihat ada tanda dimana sumur itu berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur dari Kabah.

Montoring dan pemeliharaan sumur Zamzam

Jumlah jamaah ke Makkah tiga puluh tahun lalu hanya 400 000 pertahun (ditahun 1970-an), terus meningkat menjadi lebih dari sejuta jamaah pertahun di tahun 1990-an, Dan saat ini sudah lebih dari 2.2 juta. Tentunya diperlukan pemeliharaan sumur ini yang merupakan salah satu keajaiban dan daya tarik tersendiri bagi jamaah haji.

Pemerintah Saudi tentunya tidak dapat diam pasrah saja membiarkan sumur ini dipelihara oleh Allah melalui proses alamiah. Namun pemerintah Arab Saudi yang sudah moderen saat ini secara ilmiah dan saintifik membentuk sebuah badan khusus yang mengurusi sumur Zamzam ini. Sepertinya memang Arab Saudi juga bukan sekedar percaya saja dengan menyerahkan ke Allah sebagai penjaga, namun justru sangat meyakini manusialah yang harus memelihara berkah sumur ini.

Pada tahun 1971 dilakukan penelitian (riset) hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Hal ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor di Mesir yang menyatakan air Zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk dikonsumsi. Tariq Hussain (termasuk saya dari sisi hidrogeologi) juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan Sumur Zam-zam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai. Menyangkut dugaan doktor mesir ini, tentusaja hasilnya menyangkal pernyataan seorang doktor dari Mesir tersebut, tetapi ada hal yang lebih penting menurut saya yaitu penelitian Tariq Hussain ini justru akhirnya memacu pemerintah Arab Saudi untuk memperhatikan Sumur Zamzam secara moderen. Saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun disekitar Masjidil Haram, juga banyak sekali terowongan dibangun disekitar Makkah, sehingga saat ini pembangunannya harus benar-benar dikontrol ketat karena akan mempengaruhi kondisi hidrogeologi setempat.

Badan Riset sumur Zamzam yang berada dibawah SGS (Saudi Geological Survey) bertugas untuk

Memonitor dan memelihara untuk menjaga jangan sampai sumur ini kering.
Menjaga urban disekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air.
Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area).
Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol.
Meng-upgrade pompa dan dan tangki-tangki penadah.
Mengoptimasi supplai dan distribusi airZam-zamPerkembangan perawatan sumur Zamzam.Dahulu kala, zamzam diambil dengan gayung atau timba, namun kemudian dibangunlahpompa air pada tahun
1373 H/1953 M. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke kran-kran yang ada di sekitar sumur zamzam.

Uji pompa (pumping test) telah dilakukan pada sumur ini, pada pemompaan 8000 liters/detik selama lebih dari 24 jam (note: perlu referensi angka yang lebih sahih) memperlihatkan permukaan air sumur dari 3.23 meters dibawah permukaan menjadi 12.72 meters dan kemudian hingga 13.39 meters. Setelah itu pemompaan dihentikan permukaan air ini kembali ke 3.9 meters dibawah permukaan sumur hanya dalam waktu 11 minut setelah pompa dihentikan. Sehingga dipercaya dengan mudah bahwa akifer yang mensuplai air ini berasal dari beberapa celah (rekahan) pada perbukitan disekitar Makkah.

Banyak hal yang sudah dikerjakan pemerintah Saudi untuk memelihara Sumur ini antara lain dengan membentuk badan khusus pada tahun 1415 H (1994). dan saat ini telah membangun saluran untuk menyalurkan air Zam-zam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15.000 m3, bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air Zam-zam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.

Saat ini sumur ini dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kita hanya dapat melihat foto-fotonya saja seperti diatas. Disebelah kanan ini adalah drum hidrograf, alat perekaman perekaman ketinggian muka air sumur Zamzam (Old style drum hydrograph used for recording levels in the Zamzam Well).

Kandungan mineral

Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi

Yang pertama, positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre).
Kedua, negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre).
Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon proses higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini

Read Users' Comments (0)

Tarawih Diskon

PADA masa kekuasaan Presiden Habibie, Gus Dur pernah mampir ke rumah Pak Harto di Cendana. Gus Dur mengajak seorang yang disebut dengan "kiai kampung" dari Metro, Lampung Tengah. Waktu itu bulan puasa.

Setelah berbuka dan omong-omong seperlunya, Pak Harto nyeletuk, "Gus Dur dan Pak Kiai ini bakal sampai malam kan di sini?"

"O tidak," jawab Gus Dur. "Saya harus segera pergi, karena ada janji dengan Gus Joyo, adik Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tapi Pak Kiai ini biar tinggal di sini. Maksudnya buat ngimami (menjadi imam) salat taraweh, kan?"

Pak Harto manggut-manggut.

"Tapi," lanjut Gus Dur, "Sebelumnya perlu ada klarifikasi dulu?"

"Klarifikasi apa?" tanya Pak Harto.

"Harus jelas dulu, Tarawihnya mau pakai gaya NU? Kalau NU lama bagaimana, kalau NU baru bagaimana?" tanya Pak Harto makin heran.

"Loh apa ada macam-macam gaya NU? Kalau gaya NU lama, tarawihnya 23 rakaat. Gaya NU baru, diskon 60 persen (11 rakaat)!"

Pak Harto cuma ketawa, karena tidak terlalu paham. Dan Pak Kiai nyeletuk, "Iya, deh. Diskon 60 persen pun nggak apa-apa,"

Harap diketahui, "Tarawih diskon" menjadi 11 rakaat itu adalah gaya Muhammadiyah.

Keluarga Pak Harto sendiri disebut orang "Hidup dengan cara Muhammadiyah, mati dengan cara NU". Sebab, Pak Harto pernah mengaku bahwa dia semasa sekolah di Yogyakarta belajar di SMP Muhammadiyah (jadi "berakidah" Muhammadiyah). Tapi ketika Bu Tien meninggal, rumahnya di Cendana sibuk dengan macam-macam tahlilan (tiga hari, tujuh hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya), yang merupakan trade mark NU.

Jadi kalau Gus Dur menawarkan "Tarawih diskon" 11 rakaat itu, Pak Harto dengan senang hati menerima saja. Itu artinya kembali ke "khittah".

Read Users' Comments (0)

ASMA BASYMA SUNAN MURIA

Saya akan membabarkan Asmak Basyma kepada anda(siswa) di Kampus Wong Alus ini. Asmak Basyma diajarkan oleh Sunan Muria kepada mbah Anshori di gunung Muria. Ada yang menyebut Asmak Basyma sebagai Asmak Malaikat.

MANTRA ASMAK BASYMA TINGKAT KE-1 ADALAH:




“SELE TANGI, PUMO ONO GAWE”.
Artinya : Yang melindungiku bangunlah, pumo ada pekerjaan.




Mantra diatas bisa digunakan untuk hal darurat,misalnya:ditodong senjata tajam,dsb.
Pengguna mantra itu akan kebal badannya terhadap senjata tajam sewaktu diserang.
———
MANTRA ASMAK BASYMA TINGKAT KE-2 ADALAH:




ASSALAMU’ALAIKUM SALAM. NJOBO GUSTI, NJERO GUSTI. METU GUSTI, MELEBU GUSTI. ANEKATAKEN URIP UTEK DUNUNGNO ING KODRAT. HAK ADAM SUMINGKIRO, GUSTI KULO ONO KENE. SENGSORO SUMINGKIRO, GUSTI KULO ANYEDAKO. INGSUN AMUJI GUSTI KULO INGKANG AGUNG.




BOPO ADAM IBU HAWA TES PUTIH SONGKO BOPO. TES ABANG SONGKO BIYANG. ORA ONO WONG LANANG. INGGIH (KULO) NIKI (TIYANG JALER) LUPUT LORO KENO PATI. GUSTI (KULO) NYUWUN SELAMET. SIBENGKERAS (SOPO WONGE) KANG SUMEJO OLO MARANG (AKU). AREP CELATU ORA DUWE OTOT ORA DUWE BAYU, AREP NGUCAP ORA DUWE ILAT, WADUKMU BEDAH TUMIBO-O BUMI SAK LOMBO. TAN BISO OBAH TAN BISO OWAH YEN DURUNG ONO JAGAD OBAH. KEL TIKEL-TIKEL ALAMU DEWE.




MEN TEGUH MEN LUPUT. RUH ALOT KELAT KELOT, YO SUMENGKU KETAT-KETOT, YO SUMENGKU GELU GELU. YO SUMENGKU SERNI TEGUHKU BARENG SEWENGI, TEGUH ING BADANKU BARENGNO SEDINO SEWENGI. AHU AHU AHU. SELE TANGI PUMO ONO GAWE.




Mantra di atas berfungsi untuk melindungi penggunanya dari serangan orang yang berniat jahat selama sehari semalam.
———
MANTRA ASMAK BASYMA TINGKAT KE 3 ADALAH:




MALAIKAT KATIBIN ONO BAHU TENGENKU. MALAIKAT AR-RUMAN ONO BAHU KIWAKU. MALIKAT SEKTI ONO GEGERKU. MALIKAT INEPSEDO ONO DADAKU. MALAIKAT KAMBANG NYOWO ONO BUN-BUNANKU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
MALIKAT AR-RUMAN ANGREKSO-O BADANKU SAKUJUR.




MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
WESI NOR PUTIH ONO BUN-BUNANKU. WESI KUNING ONO BAHU TENGENKU. WESI PULOSANI ONO BAHU KIWAKU. WESI KARANG KIJANG ONO GEGERKU. WESI BRANI ONO DADAKU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
WESI LATUNG WESI TAGUT, WESI SEMBOJO, WESI JASI KANG NGEREKSO ONO BAHU KIWO-TENGENKU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
GODONG PAPASAN AMAPASO SUKER SAKITKU. GODONG KELOR ANURUTO DAWUHE GUSTI.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
ONO SAMBANG TEKO WETAN, PIRO BALANE? SATUS PATANG PULUH PAPAT. OPO GAWENE. ANAMPEK TUJUH TELUH LEBUR LULUH DADI AWU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
ONO SAMBANG TEKO KIDUL PIRO BALANE? SATUS PATANG PULUH LIMO. OPO GAWENE. ANAMPEK TUJUH TELUH LEBUR LULUH DADI AWU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
ONO SAMBANG TEKO KULON PIRO BALANE? SATUS PATANG PULUH ENEM. OPO GAWENE. ANAMPEK TUJUH TELUH LEBUR LULUH DADI AWU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
ONO SAMBANG TEKO LOR PIRO BALANE? SATUS PATANG PULUH PITU. OPO GAWENE. ANAMPEK TUJUH TELUH LEBUR LULUH DADI AWU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
UKAR KUMOLO ILINE BANYU, RUKMO KUMOLO UNTHUKE BANYU. SIRO DILATEN SIRO WARSAKEN AKU, YEN ORA SIRO WARASAKEN, GUSTI KULO KANG LUWIH KUWOSO.
SUKMO NGLEMBORO ANGEREKSO-O ONO BAHU KIWAKU. SUKMO HADI LUWIH ANGEREKSO-O ONO BAHU TENGENKU. SUKMO WILANTEN ANGREKSO-O ONO DADAKU. SUKMO WILANGKING ANGEREKSO-O ONO GEGERKU.
MOSO BODO-O PAN AKU ADUS SARINE WESI PAN AKU ADUS BANYU SUCI.
LEMBUT TAN KENO JINUMPUT. GEDE ORA ONO KANG MADANI. YO AKU RATU SIDI PANETEP PANOTOGOMO, RATU ADIL WOLO WERTO.
——




Mantra diatas bisa melindungi penggunanya dari keroyokan massal dan dari berbagai serangan gaib. Para Malaikat yang disebut di mantra itu akan menyembuhkan penyakitnya pembaca mantra tersebut.
———–
MANTRA ASMAK BASYMA TINGKAT KE 4 ADALAH:




YA… SIN…
KHA… HA… YA… AIN… SHOT…
KHA… MIM… AIN… SIN… QOF…
YA ROBBI, YA ROBBANNAS, YA ROBBAL MALAIKATI JIBRIL, YA ROBAL ALAMIN




WA IDZA ARODA SYAI-AN AYYA… KULALAHU KUN FA YA KUN
ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR.




Mantra diatas digunakan oleh pengajar Asmak Basyma untuk mewariskan Asmak Basyma tingkat 1-3 kepada muridnya.




—————————-




MANTRA ASMAK BASYMA TINGKAT KE-5:




BISMILAHIRROHMANIRROHIM
ALLOHU AKBAR
ALLOH MALIKI YAUMIDIN
ALLOH LAM YALID WALAM YULAD
ALLOHU AKBAR
KUN MALIKI KUN
SEDANE ALLOH DUMADI
YO AKU DIKUASANI ALLOH SEJATI
ALLOH QODRAT, MOHAMMAD, ADAM, MALAIKAT
SEDAKOH PATANG PERKORO
DIKSOMAT KUMPU ALLAH LENGO TOLO
ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR




Mantra diatas digunakan oleh pengajar Asmak Basyma untuk menurunkan Asmak Basyma tingkat 1-4 kepada muridnya.




————




MANTRA SAHADAT PAMUNGKAS ADA 2 MACAM YAITU:




1.Untuk meredam kemarahan seseorang.




Mantranya:
BISMILAHIRROHMANIRROHIM
SAHADAT ILADAT, SAHADAT ILATKU, SAHADAT PANGLEBURAN
SING MALANG TAK SARUK, PUTUNG
SING KEPENDEM TAIDAKI, KUNGKAL
SI AMAT LINGGIH TELKIN
MUHAMMAD NGELINGGEHI TELKIN
HE JABANG BAYINE (:MUSUHKU) MAYIT
AKU MALAIKAT




QULLU NAFSIN DZAIKHOTUL MAUT
JAKOK MUKUK WULU LEMES
HE (:MUSUHKU) DISIK ENDI NESUMU KARO USUSMU?
DISIK USUSMU
HE (:MUSUHKU) LEMES LENGKUK KEMLIMPRUK
NESUMU KOYO USUSMU
LA ILAHA ILLALLOH MUHAMMADAR RASULLULLOH





2.Untuk menimbulkan belas-kasih seseorang.




Mantranya:
BISMILAHIRROHMANIRROHIM
SAHADAT ILADAT, SAHADAD ILATKU, SAHADAD PANGLEBURAN
SING MALANG TAK SARUK PUTUNG
SING KEPENDEM TAIDAKI KUNGKAL
SI AMAT LINGGIH TELKIN
MUHAMMAD NGELINGGEHI TELKIN
HE JABANG BAYINE SI (:NAMA SASARAN) WELAS ASIH MARANG AKU
AKU MALAIKAT




SOLALLOHU ALAIHI WASSALAM
SEBET PENGIRINGKU
LENGKUONO ING BADANKU
SAKTI GUNO PANGUCAPKU
YO AKU WONG LANANG SEJATI TAN ONO SING MADANI
SIDO WELAS SIDO ASIH JABANG BAYINE SI (:NAMA SASARAN) ASIH-O MARANG AKU.
ASIH SAKING KERSANE ALLOH
LA ILAHA ILLALLOH MUHAMMADAR RASULLULLOH




————




Mantra Sahadat Pamungkas hanya boleh dipraktekkan oleh murid yang telah mempraktekkan Asmak Basyma ke 1-3.




Untuk mendapatkan kemanjuran semua mantra Asmak Basyma diatas, penggunanya harus mendapat ‘attunement’(penyelarasan) dari guru Asmak Basyma. Biasanya guru itu akan duduk berhadapan dengan muridnya, sambil membacakan mantra Asmak Basyma di depan segelas air putih dan sebungkus nasi ketan berisi kulit kerbau.




Saya hanya bisa memberi attunement Asmak Basyma secara jarak jauh pakai media foto peminat. Saya tidak mengharapkan imbalan apapun dari orang yang mendapat attunement dari saya.




Yang berminat bisa menghubungi saya di: padmavajra@gmail.com.




Namaste.




@@@




Lelaku/amalan yang harus dilakukan oleh pengguna Asmak Basyma setelah dapat attunement Asmak Basyma tingkat tertentu:




1. untuk Asmak Basyma ke-1:
mantra-nya harus dibaca minimal sebanyak 41 kali/hari selama 7 hari berturut-turut, setelah itu boleh dibaca minimal sebanyak 3 kali seperlunya.




2. untuk Asmak Basyma ke-2:
mantra-nya harus dibaca minimal sebanyak 21 kali/hari selama 7 hari berturut-turut, setelah itu boleh dibaca minimal sebanyal 3 kali seperlunya.




3. untuk Asmak Basyma tingkat ke-3:
mantranya harus dibaca minimal sebanyak 11 kali/hari dalam 7 hari berturut-turut, setelah itu boleh dibaca minimal sebanyak 3 kali seperlunya.




4. untuk Asmak Basyma tingkat ke-4:
mantranya harus dibaca minimal sebanyak 21 kali/hari selama 7 hari berturut-turut, setelah itu boleh dibaca minimal sebanyak 3 kali seperlunya.




5.untuk Asmak Basyma tingkat ke-5:
mantranya harus dibaca minimal sebanyak 21 kali/ hari selama 7 hari berturut-turut, setelah itu boleh dibaca sebanyak 3 kali seperlunya.




6. untuk Sahadat Pamungkas:
penerima attunement harus berpuasa ‘mutih’(pantang makanan bernyawa) selama 7 hari berturut-turut. Mantranya boleh dibaca sebanyak 3 kali sewaktu diperlukan saja

Read Users' Comments (4)

AJI SYAHADAT CIREBON & SYAHADAT 6 PARA ROSUL

AJI SYAHADAT CIREBON

= BISM. =
= SYAHADAT KENCANA, =
= KURUNGAN EMAS, =
= KULITING JATI SAJATINING SUKMA,
= GINAWA MATI, =
= SIRNA TAN ANA KARI, =
= SUKMA ILANG JIWA ILANG, =
= KANG LUNGA PADHA RUPANE, =
= DAP LAP ILANG. =

==========================

SHAHADAT 6 PARA ROSUL

ASYHADU ANLA ILAAHA ILLALLAH,
WA ASYHADU ANNA AADAMA SHAFWATULLAAHI WA FITHRATUHU,
WA IBRAHIMA KHALII LUL LAHI’AZZA WA JALLA, WA MUUSAA KALIIMULLAHI TA’ALA,
WA I’SAA RUHULLAHI SUBHANAHU,
WA MUHAMMADAN HABIIBULLAHI’AZZA WA JALLA.

Read Users' Comments (0)

RAHASIA SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT

Dalam lakon wayang Purwa, kisah Ramayana bagian awal diceritakan asal muasal keberadaan Dasamuka atau Rahwana tokoh raksasa yang dikenal angkara murka, berwatak candala dan gemar menumpahkan darah. Dasamuka lahir dari ayah seorang Begawan sepuh sakti linuwih gentur tapanya serta luas pengetahuannya yang bernama Wisrawa dan ibu Dewi Sukesi yang berparas jelita tiada bandingannya dan cerdas haus ilmu kesejatian hidup. Bagaimana mungkin dua manusia sempurna melahirkan raksasa buruk rupa dan angkara murka ? Bagaimana mungkin kelahiran “ sang angkara murka “ justru berangkat dari niat tulus mempelajari ilmu kebajikan yang disebut Serat Sastrajendra.

Ilmu untuk Meraih Sifat Luhur Manusia.

Salah satu ilmu rahasia para dewata mengenai kehidupan di dunia adalah Serat Sastrajendra. Secara lengkap disebut Serat Sastrajendrahayuningrat Pangruwatingdiyu. Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan. Pengertiannya bahwa Serat Sastrajendra adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu terwujudnya kejahatan.

Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).

Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan, kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja dicintai sesama namun juga para dewata.

Sifat Manusia Terpilih.

Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “ Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau boleh kami mengetahuinya. “
Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.

Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”
Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.

“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2 (dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima kenyataan bahwa hanya orang orang yang siap dan terpilih mampu menerima ajarannya.

Nun jauh, negeri Ngalengka yang separuh rakyatnya terdiri manusia dan separuh lainnya berwujud raksasa. Negeri ini dipimpin Prabu Sumali yang berwujud raksasa dibantu iparnya seorang raksasa yang bernama Jambumangli. Sang Prabu yang beranjak sepuh, bermuram durja karena belum mendapatkan calon pendamping bagi anaknya, Dewi Sukesi. Sang Dewi hanya mau menikah dengan orang yang mampu menguraikan teka teki kehidupan yang diajukan kepada siapa saja yang mau melamarnya. Sebelumnya harus mampu mengalahkan pamannya yaitu Jambumangli. Beribu ribu raja, wiku dan satria menuju Ngalengka untuk mengadu nasib melamar sang jelita namun mereka pulang tanpa hasil. Tidak satupun mampu menjawab pertanyaan sang dewi. Berita inipun sampailah ke negeri Lokapala, sang Prabu Danaraja sedang masgul hatinya karena hingga kini belum menemukan pendamping hati. Hingga akhirnya sang Ayahanda, Begawan Wisrawa berkenan menjadi jago untuk memenuhi tantangan puteri Ngalengka.

Pertemuan Dua Anak Manusia.

Berangkatlah Begawan Wisrawa ke Ngalengka, hingga kemudian bertemu dengan dewi Suksesi. Senapati Jambumangli bukan lawan sebanding Begawan Wisrawa, dalam beberapa waktu raksasa yang menjadi jago Ngalengka dapat dikalahkan. Tapi hal ini tidak berarti kemenanmgan berada di tangan. Kemudian tibalah sang Begawan harus menjawab pertanyaan sang Dewi. Dengan mudah sang Begawan menjawab pertanyaan demi pertanyaan hingga akhirnya, sampailah sang dewi menanyakan rahasia Serat Sastrajendra. Sang Begawan pada mulanya tidak bersedia karena ilmu ini harus dengan laku tanpa “ perbuatan “ sia sialah pemahaman yang ada. Namun sang Dewi tetap bersikeras untuk mempelajari ilmu tersebut, toh nantinya akan menjadi menantunya.

Luluh hati sang Begawan, beliau mensyaratkan bahwa ilmu ini harus dijiwai dengan niat luhur. Keduanya kemudian menjadi guru dan murid, antara yangf mengajar dan yang diajar. Hari demi hari berlalu keduanya saling berinteraksi memahamkan hakikat ilmu. Sementara di kayangan, para dewata melihat peristiwa di mayapada. “ Hee, para dewata, bukankah Wisrawa sudah pernah diberitahu untuk tidak mengajarkan ilmu tersebut pada sembarang orang “.

Para dewata melaporkan hal tersebut kepada sang Betara Guru. “ Bila apa yang dilakukan Wisrawa, bisa nanti kayangan akan terbalik, manusia akan menguasai kita, karena telah sempurna ilmunya, sedangkan kita belum sempat dan mampu mempelajarinya “.

Sang Betara Guru merenungkan kebenaran peringatan para dewata tersebut. “ tidak cukup untuk mempelajari ilmu tanpa laku, Serat Sastrajendra dipagari sifat sifat kemanusiaan, kalau mampu mengatasi sifat sifat kemanusiaan baru dapat mencapai derajat para dewa. “ Tidak lama sang Betara menitahkan untuk memanggil Dewi Uma.untuk bersama menguji ketangguhan sang Begawan dan muridnya.
Hingga sesuatu ketika, sang Dewi merasakan bahwa pria yang dihadapannya adalah calon pendamping yang ditunggu tunggu. Biar beda usia namun cinta telah merasuk dalam jiwa sang Dewi hingga kemudian terjadi peristiwa yang biasa terjadi layaknya pertemuan pria dengan wanita. Keduanya bersatu dalam lautan asmara dimabukkan rasa sejiwa melupakan hakikat ilmu, guru, murid dan adab susila. Hamillah sang Dewi dari hasil perbuatan asmara dengan sang Begawan. Mengetahui Dewi Sukesi hamil, murkalah sang Prabu Sumali namun tiada daya. Takdir telah terjadi, tidak dapat dirubah maka jadilah sang Prabu menerima menantu yang tidak jauh berbeda usianya.

Tergelincir Dalam Kesesatan.

Musibah pertama, terjadi ketika sang senapati Jambumangli yang malu akan kejadian tersebut mengamuk menantang sang Begawan. Raksasa jambumangli tidak rela tahta Ngalengka harus diteruskan oleh keturunan sang Begawan dengan cara yang nista. Bukan raksasa dimuliakan atau diruwat menjadi manusia. Namun Senapati Jambumangli bukan tandingan, akhirnya tewas ditangan Wisrawa. Sebelum meninggal, sang senapati sempat berujar bahwa besok anaknya akan ada yang mengalami nasib sepertinya ditewaskan seorang kesatria.

Musibah kedua, Prabu Danaraja menggelar pasukan ke Ngalengka untuk menghukum perbuatan nista ayahnya. Perang besar terjadi, empat puluh hari empat puluh malam berlangsung sebelum keduanya berhadapan. Keduanya berurai air mata, harus bertarung menegakkan harga diri masing masing. Namun kemudian Betara Narada turun melerai dan menasehati sang Danaraja. Kelak Danaraja yang tidak dapat menahan diri, harus menerima akibatnya ketika Dasamuka saudara tirinya menyerang Lokapala.

Musibah ketiga, sang Dewi Sukesi melahirkan darah segunung keluar dari rahimnya kemudian dinamakan Rahwana (darah segunung). Menyertai kelahiran pertama maka keluarlah wujud kuku yang menjadi raksasi yang dikenal dengan nama Sarpakenaka. Sarpakenaka adalah lambang wanita yang tidak puas dan berjiwa angkara, mampu berubah wujud menjadi wanita rupawan tapi sebenarnya raksesi yang bertaring. Kedua pasangan ini terus bermuram durja menghadapi musibah yang tiada henti, sehingga setiap hari keduanya melakukan tapa brata dengan menebus kesalahan. Kemudian sang Dewi hamil kembali melahirkan raksasa kembali. Sekalipun masih berwujud raksasa namun berbudi luhur yaitu Kumbakarna.

Akhir Yang Tercerahkan.

Musibah demi musibah terus berlalu, keduanya tidak putus putus memanjatkan puaj dan puji ke hadlirat Tuhan yang Maha Kuasa. Kesabaran dan ketulusan telah menjiwa dalam hati kedua insan ini. Serat Sastrajendra sedikit demi sedikit mulai terkuak dalam hati hati yang telah disinari kebenaran ilahi. Hingga kemudian sang Dewi melahirkan terkahir kalinya bayi berwujud manusia yang kemudian diberi nama Gunawan Wibisana. Satria inilah yang akhirnya mampu menegakkan kebenaran di bumi Ngalengka sekalipun harus disingkirkan oleh saudaranya sendiri, dicela sebagai penghianat negeri, tetapi sesungguhnya sang Gunawan Wibisana yang sesungguhnya yang menyelamatkan negeri Ngalengka. Gunawan Wibisana menjadi simbol kebenaran mutiara yang tersimpan dalam Lumpur namun tetap bersinar kemuliaannya. Tanda kebenaran yang tidak larut dalam lautan keangkaramurkaan serta mampu mengalahkan keragu raguan seprti terjadi pada Kumbakarna. Dalam cerita pewayangan, Kumbakarna dianggap tidak bisa langsung masuk suargaloka karena dianggap ragu ragu membela kebenaran.

Melalui Gunawan Wibisana, bumi Ngalengka tersinari cahaya ilahi yang dibawa Ramawijaya dengan balatentara jelatanya yaitu pasukan wanara (kera). Peperangan dalam Ramayana bukan perebutan wanita berwujud cinta namun pertempuran demi pertempuran menegakkan kesetiaan pada kebenaran yang sejati.

Read Users' Comments (0)

K E J A W E N

Mari kita mengutip satu tembang Jawa
Tak uwisi gunem iki saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lire kabatinan banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu Jangan kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan kalau belajar kebatinan
Tembang ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia) dan Gusti (Pencipta) ( jumbuhing kawula Gusti ) /pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap. Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti : hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti, kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai.
Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia mempergunakan simbol sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berberda-beda.
Biasanya sebutan orang Jawa adalah orang yang hidup di wilayah sebelah timur sungai Citanduy dan Cilosari. Bukan berarti wilayah di sebelah barat-nya bukan wilayah pulau Jawa. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan suka bergotong royong dengan semboyannya “saiyeg saekoproyo “ yang berarti sekata satu tujuan.
Kisah suku Jawa diawali dengan kedatangan seorang satriya pinandita yang bernama Aji Saka, sampai kemudian satriya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak tersebut diakui menjadi huruf jawa dan digunakan sebagai tanda dimulainya penanggalan tarikh Caka.
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya.
Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medo’akan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun, tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah. Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala.
Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)
Mangkunegara IV memiliki empat ajaran utama yang meliputi sembah raga, sembah cipta (kalbu), sembah jiwa, dan sembah rasa.
Sembah Raga
Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah. Cara bersucinya sama dengan sembahyang biasa, yaitu dengan mempergunakan air (wudhu). Sembah yang demikian biasa dikerjakan lima kali sehari semalam dengan mengindahkan pedoman secara tepat, tekun dan terus menerus, seperti bait berikut:
Sembah raga puniku / pakartining wong amagang laku / sesucine asarana saking warih / kang wus lumrah limang wektu / wantu wataking wawaton
Sembah raga, sebagai bagian pertama dari empat sembah yang merupakan perjalanan hidup yang panjang ditamsilkan sebagai orang yang magang laku (calon pelaku atau penempuh perjalanan hidup kerohanian), orang menjalani tahap awal kehidupan bertapa (sembah raga puniku, pakartining wong amagang laku). Sembah ini didahului dengan bersuci yang menggunakan air (sesucine asarana saking warih). Yang berlaku umum sembah raga ditunaikan sehari semalam lima kali. Atau dengan kata lain bahwa untuk menunaikan sembah ini telah ditetapkan waktu-waktunya lima kali dalam sehari semalam (kang wus lumrah limang wektu). Sembah lima waktu merupakan shalat fardlu yang wajib ditunaikan (setiap muslim) dengan memenuhi segala syarat dan rukunnya (wantu wataking wawaton). Sembah raga yang demikian ini wajib ditunaikan terus-menerus tiada henti (wantu) seumur hidup. Dengan keharusan memenuhi segala ketentuan syarat dan rukun yang wajib dipedomani (wataking wawaton). Watak suatu waton (pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat dan rukun, maka sembah itu tidak sah.
Sembah raga tersebut, meskipun lebih menekankan gerak laku badaniah, namun bukan berarti mengabaikan aspek rohaniah, sebab orang yang magang laku selain ia menghadirkan seperangkat fisiknya, ia juga menghadirkan seperangkat aspek spiritualnya sehingga ia meningkat ke tahap kerohanian yang lebih tinggi.
Sembah Cipta ( Kalbu )
Sembah ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang-kadang disebut sembah kalbu, seperti terungkap pada Pupuh Gambuh bait 1 dan Pupuh Gambuh bait 11 berikut :
Samengkon sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agung kang kagungan narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kang momong.
Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan atau keinginan yang tersimpan di dalam hati, kalbu berarti hati , maka sembah cipta di sini mengandung arti sembah kalbu atau sembah hati, bukan sembah gagasan atau angan-angan.
Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan najis lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaning kalbu).
Thaharah (bersuci) itu, demikian kata Al-Ghazali, ada empat tingkat.
Pertama, membersihkan hadats dan najis yang bersifat lahiriah.
Kedua, membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa.
Ketiga, membersihkan hati dari akhlak yang tercela dan budi pekerti yang hina.
Keempat, membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah. Dan yang keempat inilah taharah pada Nabi dan Shiddiqin.
Jika thaharah yang pertama dan kedua menurut Al-Ghazali masih menekankan bentuk lahiriah berupa hadats dan najis yang melekat di badan yang berupa pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh. Cara membersihkannya dibasuh dengan air. Sedangkan kotoran yang kedua dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharah yang ketiga dan keempat juga tanpa menggunakan air. Tetapi dengan membersihkan hati dari budi jahat dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.
Sembah Jiwa
Sembah jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma ( Allah ) dengan mengutamakan peran jiwa. Jika sembah cipta (kalbu) mengutamakan peran kalbu, maka sembah jiwa lebih halus dan mendalam dengan menggunakan jiwa atau al-ruh. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpa henti setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus-menerus, seperti terlihat pada bait berikut:
Samengko kang tinutur / Sembah katri kang sayekti katur / Mring Hyang Sukma suksmanen saari-ari / Arahen dipun kecakup / Sembahing jiwa sutengong
Dalam rangkaian ajaran sembah Mangkunegara IV yang telah disebut terdahulu, sembah jiwa ini menempati kedudukan yang sangat penting. Ia disebut pepuntoning laku (pokok tujuan atau akhir perjalanan suluk). Inilah akhir perjalanan hidup batiniah. Cara bersucinya tidak seperti pada sembah raga dengn air wudlu atau mandi, tidak pula seperti pada sembah kalbu dengan menundukkan hawa nafsu, tetapi dengan awas emut (selalu waspada dan ingat/dzikir kepada keadaan alam baka/langgeng), alam Ilahi.
Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak dengan jelas pada bait berikut :
Sayekti luwih perlu / ingaranan pepuntoning laku / Kalakuan kang tumrap bangsaning batin / Sucine lan awas emut / Mring alaming lama amota.
Berbeda dengan sembah raga dan sembah kalbu, ditinjau dari segi perjalanan suluk, sembah ini adalah tingkat permulaan (wong amagang laku) dan sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan. Ditinjau dari segi tata cara pelaksanaannya, sembah yang pertama menekankan kesucian jasmaniah dengan menggunakan air dan sembah yang kedua menekankan kesucian kalbu dari pengaruh jahat hawa nafsu lalu membuangnya dan menukarnya dengan sifat utama. Sedangkan sembah ketiga menekankan pengisian seluruh aspek jiwa dengan dzikir kepada Allah seraya mengosongkannya dari apa saja yang selain Allah.
Pelaksanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati untuk mengemaskan segenap aspek jiwa, lalu diikatnya kuat-kuat untuk diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai tanpa melepaskan apa yang telah dipegang pada saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta) tergulung menjadi satu. Begitu pula jagad besar dan jagad kecil digulungkan disatupadukan. Di situlah terlihat alam yang bersinar gemerlapan. Maka untuk menghadapi keadaan yang menggumkan itu, hendaklah perasaan hati dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh apa yang terjadi. Hal yang demikian itu dijelaskan Mangkunegara IV pada bait berikut:
“Ruktine ngangkah ngukud / ngiket ngruket triloka kakukud / jagad agung ginulung lan jagad alit / den kandel kumandel kulup / mring kelaping alam kono.”
Sembah Rasa
Sembah rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya. Ia didasarkan kepada rasa cemas. Sembah yang keempat ini ialah sembah yang dihayati dengan merasakan intisari kehidupan makhluk semesta alam, demikian menurut Mangkunegara IV.
Jika sembah kalbu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alat batin kalbu atau hati seperti disebutkan sebelumnya, sembah jiwa berarti menyembah Tuhan dengan alat batin jiwa atau ruh, maka sembah rasa berarti menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin inti ruh. Alat batin yang belakangan ini adalah alat batin yang paling dalam dan paling halus yang menurut Mangkunegara IV disebut telenging kalbu (lubuk hati yang paling dalam) atau disebut wosing jiwangga (inti ruh yang paling halus).
Dengan demikian menurut Mangkunegara IV, dalam diri manusia terdapat tiga buah alat batin yaitu, kalbu, jiwa/ruh dan inti jiwa/inti ruh (telengking kalbu atau wosing jiwangga) yang memperlihatkan susunan urutan kedalaman dan kehalusannya.
Pelaksanaan sembah rasa itu tidak lagi memerlukan petunjuk dan bimbingan guru seperti ketiga sembah sebelumnya, tetapi harus dilakukan salik sendiri dengan kekuatan batinnya, seperti diungkapkan Mangkunegara IV dalam bait berikut:
Semongko ingsun tutur / gantya sembah lingkang kaping catur / sembah rasa karasa wosing dumadi / dadi wus tanpa tuduh / mung kalawan kasing batos.
Apabila sembah jiwa dipandang sebagai sembah pada proses pencapaian tujuan akhir perjalanan suluk (pepuntoning laku), maka sembah rasa adalah sembah yang dilakukan bukan dalam perjalanan suluk itu, melainkan sembah yang dilakukan di tempat tujuan akhir suluk. Dengan kata lain, seorang salik telah tiba di tempat yang dituju. Dan di sinilah akhir perjalanan suluknya. Untuk sampai di sini, seorang salik masih tetap dibimbing gurunya seperti telah disebut di muka. Setelah ia diantarkan sampai selamat oleh gurunya untuk memasuki pintu gerbang, tempat sembah yang keempat, maka selanjutnya ia harus mandiri melakukan sembah rasa.
Pada tingkatan ini, seorang salik dapat melaksanakan sendiri sembah rasa sesuai petunjuk-petunjuk gurunya. Pada tingkat ini ia dipandang telah memiliki kematangan rohani. Oleh karena itu, ia dipandang telah cukup ahli dalam melakukan sembah dengan mempergunakan aspek-aspek batiniahnya sendiri.
Di sini, dituntut kemandirian, keberanian dan keteguhan hati seorang salik, tanpa menyandarkan kepada orang lain. Kejernihan batinlah yang menjadi modal utama. Hal ini sesuai dengan wejangan Amongraga kepada Tambangraras dalam Centini bait 156. Sembah tersebut, demikian dinyatakan Amongraga, sungguh sangat mendalam, tidak dapat diselami dengan kata-kata, tidak dapat pula dimintakan bimbingan guru. Oleh karena itu, seorang salik harus merampungkannya sendiri dengan segala ketenangan, kejernihan batin dan kecintaan yang mendalam untuk melebur diri di muara samudera luas tanpa tepi dan berjalan menuju kesempurnaan. Kesemuanya itu tergantung pada diri sendiri, seperti terlihat pada bait berikut:
Iku luwih banget gawat neki / ing rarasantang keneng rinasa / tan kena ginurokake / yeku yayi dan rampung / eneng onengira kang ening / sungapan ing lautan / tanpa tepinipun / pelayaran ing kesidan / aneng sira dewe tan Iyan iku yayi eneng ening wardaya.

Read Users' Comments (0)

Kapitalisme Dalam Perspektif Sosio-Kultural Jawa-isme ( Study Empiris Feodalisme ) Kapitalisme Dalam Perspektif Sosio-Kultural Jawa-isme ( Study Empiris Feodalisme )

Suryono, S. Ag
Dalam kultur Jawa ada istilah anggah-ungguh dalam ucapan, dan perbuatan, walaupun tidak ada larangan untuk bebas berpikir. Perbedaan konsep dalam alam pikiran orang Jawa dapat diredam dengan musyawarah untuk sepakat dan sepakat untuk tidak bersepakat, artinya, tanpa kehilangan idealismenya, orang Jawa dapat menerima keputusan mayoritas walaupun bertentangan dengan pikirannya sendiri. Etika dalam bertukar pikiran harus dikedepankan bagi orang Jawa, dari pada sekedar memenangkan argumentasinya, karena paradigma orang Jawa lahir dari perpaduan antara perasaan dan kecerdasan. Bila orang Jawa dikondisikan dengan tuntutan demokrasi, sedangkan dia dalam posisi punya kekuasaan, maka demokrasi dan musyawarahnya adalah untuk menyamakan persepsi, artinya semua orang harus sama persepsinya dengan dia yang saat ini sedang berkuasa
Ketahanan untuk meredam emosional adalah kelebihan orang Jawa, walaupun hal semacam itu akan menjadi embrio karakter yang otoriter bila orang Jawa mempunyai posisi kekuasaan. Kebiasaan prihatin dalam tradisi Jawa, maksudnya seseorang diharamkan hidup enak sebelum ambisi kesuksesannya tercapai, dapat menumbuhkan dendam sosial seumur hidup, bila nantinya sukses dan ambisinya tercapai. Dia akan memandang orang lain lebih rendah derajatnya dan pantas untuk ditindas, sebagaimana dia dahulu, sebelum sukses hidupnya susah, prihatin ( perih di bathin ) tertindas, tersingkirkan. Maka setelah sukses, orang Jawa ingin juga merasakan bagaimana rasanya menindas orang lain. Dari latar belakang seperti inilah yang nantinya akan melahirkan kaitalisme dan feodalisme dalam kultur Jawa.
Kita juga tidak mengingkari sifat-sifat orang Jawa yang positif, seperti gotong royong,tenggang rasa, dan lain sebagainya. Tapi harus diingat, bahwa etika yang lahir dari kebudayaan akan berbeda dengan ajaran akhlak yang merupakan wahyu dan dicontohkan ( uswatun hasanah ) oleh Rasulullah SAW.
Muhammad SAW adalah pemimpin yang dilahirkan di alam padang pasir yang tandus dan gersang, komunitas Arab yang senang merantau dan berniaga, dan lengkap dengan tradisi jahiliyahnya yang penuh dengan bid’ah dan khurafat, dengan kehendak dan pertolongan Allah SWT, beliau adalah pribadi yang agung berkharisma dan orang yang paling jujur. Yang dibawa Muhammad SAW adalah wahyu Allah SWT
Seorang muslim yang sabar dengan kesadaran merasa bersama Allah, akan menemukan kedamaian bathin karena mata hatinya ikhlas menerima ketentuan apa saja yang datangnya dari Allah. Sebaliknya, orang Jawa yang sabar karena meredam emosi, hasilnya hanya akan mengakibatkan stabilitas mental munafik dan mengarah kepada karakter seorang psikopat.
Perjalanan panjang yang penuh kepedihan dan keprihatinan dalam hidup orang Jawa untuk menuju ambisi kesuksesannya, akan melahirkan seorang penguasa otoriter yang feodal-kapitalis. Kita bisa menengok sejarah raja-raja pendiri dinasti di tanah Jawa, Ken Arok contohnya. Dalam literatur sejarah, tercatat bahwa pendiri kerajaan Singosari yang awalnya hanyalah seorang yang berkasta sudra, dengan kegigihan dan dendam kesenjangan sosial-politik di masanya, dia mampu mendapatkan kekuasan walaupun harus dengan bertapa untuk mendapatkan bahan keris pusaka, lalu melakukan tindakan kriminal dan kudeta di kadipaten Tumapel. Strategi politik Ken Arok akhirnya menjadi kaidah dan rumus politik bagi kekuasaan raja-raja Jawa setelahnya, yang membawa banyak korban untuk setiap tumbal revolusi alih kekuasan dalam Negara.
Dalam perjalanan sejarah Singosari, ulah Ken Arok di kemudian hari melahirkan oposisi dari kalangan dunia persilatan. Konon khabarnya, Mpu Gandring yang membuat keris pesanan Ken Arok juga wafat di tangan Ken Arok oleh keris itu. Akhirnya murid-murid Mpu Gandring sampai tiga generasi ( Mpu Balu, Mpu Sasi dan Mpu Ranubaya ) sangat benci dengan para penguasa Singosari ( keturunan Ken Arok )
Pada akhir menjelang keruntuhan Singosari, Mpu Ranubaya menciptakan pedang naga puspa kresna untuk muridnya ( Arya Kamandanu ) yang nantinya menjadi panglima perang kerajaan Majapahit. Padahal Arya Kamandanu adalah putra Mpu Hanggareksa, saudara seperguruan Mpu Ranubaya, namun Mpu Hanggareksa lebih memilih dekat dengan penguasa Singosari. Rupanya Arya Kamandanu lebih dekat dan mewarisi idealisme paman gurunya daripada ayahnya sendiri.
Menurut riwayat, di masa tuanya Arya Kamandanu memilih ‘uzlah ( menyepi ) di gunung Arjuna, mengundurkan diri dari jabatannya dan mengasuh putranya dengan tangannya sendiri. Di gunung Arjuna itulah, Gajah Mada, yang waktu itu seorang pengembara dipertemukan Sang Hyang Widhi dengan mantan panglima perang Majapahit tersebut, untuk selanjutnya estafet kepemimpinan dalam tradisi kanuragan, di ijazahkan di tempat itu, dan selanjutnya Gajah Mada siap memasuki Majapahit. Dan sejarah menyebutkan bahwa Gajah Mada mampu mengantarkan Majapahit sampai pada puncak kejayannya.
Begitulah sejarah revolusi di tanah Jawa yang melahirkan kultur feodalisme dan kapitalisme dengan kekuasaan otoriter yang berkedok demokrasi kemunafikan, dan akhirnya penyelamatan nasib orang banyak menjadi tidak penting, ajaran agama juga tidak mampu berhadapan dengan kultur kekuasan Jawa yang sudah mendarah daging. Hal ini terbukti dengan metode dakwah yang diterapkan Wali Songo, melalui sinkretisasi Islam – Jawa dan Jawa – Islam. Akhirnya memang sudah menjadi jatahnya rakyat untuk tetap tertindas. Untuk selanjutnya, menjadi sah apa yang di konsepkan Karl Max, bahwa hidup adalah pertentangan kelas, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar, kelas ningrat dan kelas melarat.
Dalam era globalisasi sekarang ini, walaupun kultur Jawa sudah banyak terpengaruh virus teknologi dan liberalisasi, tidak serta merta orang Jawa kehilangan identitasnya. Untuk urusan perut, pastilah orang Jawa lulus seleksi uji kompetensi keprihatinan, tapi dalam urusan kemenangan, orang Jawa tidak akan pernah mau mengalah walaupun secara lahiriyahnya kalah. Roh idealisme orang Jawa akan selalu gentayangan walaupun jasadnya telah mati. Sukma atau badan halus seseorang tidak pernah mati dalam kepercayan orang Jawa. Adanya kuntilanak, genderuwo, jaelangkung dan jenis setan- setan jelek lainnya adalah symbol dendam idealisme dari pengembaraan jiwa yang tidak pernah berakhir.
Berbagai jenis pusaka dan bermacam-macam tempat keramat adalah bagian dari ekspresi aktivitas spiritual masyarakat Jawa. Dari yang bentuknya mantra, batu cincin, keris, kuburan, pohon besar dan lain-lainnya, merupakan media tawassul bagi penyaluran energi- metafisik untuk kepentingan tertentu. Hal ini tentunya tidak perlu divonis haram syar’i, karena semua itu adalah masalah kebudayaan dan bukan tuntunan syari’at.
Mohon ma’af untuk kalangan Wahabi atau salafy, yang memang pantas untuk dikatakan sebagai madzhab kurang cerdas dalam menyikapi realitas kebudayaan. Mereka memvonis haram untuk hal-hal yang berbau mistik dan tahkhayul, dengan dalih penegakkan tauhid dan memberantas bid’ah. Kalau sinkretisasi agama dan budaya dianggap haram dan bid’ah, maka Islam tidak akan dapat diterima di luar Arab, dan hal itu justru akan bertentangan dengan misi diutusnya Rasulullah sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Madzhab Wahabiyah tidak pantas disebut sebagai golongan pembaharu Islam, atau Islam modern, bila menolak sinkretisasi budaya dan agama. Lebih tepatnya mungkin bisa dikatakan sebagai madzhab jadul ( jaman doeloe ),sektarian, dan radikal. Sungguh memalukan bagi kalangan Wahabi, jika mereka masih mengaku mewarisi ajaran Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, atau pendiri Wahabiyyah ( Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ) sekalipun, sungguh tidak pernah menganjurkan para pengikutnya untuk menghancurkan makam-makam para sahabat Nabi, memusuhi orang-orang yang membaca sholawat Dalaailul khoirot, dan mencaci-maki golongan tarekat.
Ratu pantai selatan atau sebutan Nyai Roro Kidul, selain sebagai mitos relistis- empiris, mungkin juga adalah manifestasi kosmos mikro manusia Jawa dalam urusan ketergantungan pada sesuatu Dzat di luar dirinya sebagai penolong, karena masyarakat Jawa tidak mampu lagi mengatasi realitas dalam dirinya sendiri. Dalam konsep tentang eksistensi dan esensi kemanusiaan, orang jawa meyakini bahwa seseorang lahir ke dunia ini punya 4 ( empat ) saudara kembar yang berbarengan waktu lahir ( sedulur papat, kelima pancer ). Konsep saudara kembar mungkin hanyalah qiyas dari empat unsur alam ( tanah, api, udara dan air ), atau empat shahabat Nabi SAW ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ), atau juga qiyas dari empat jenis nafsu ( amarah, syaithoniyah, lawamah, dan muthmainnah ). Yang jelas, manusia dalam pandangan orang Jawa adalah kesempurnaan komponen lahir dan bathin.
Terlalu peliknya memahami psikologis manusia Jawa, akhirnya akan mengantarkan kita pada pengenalan jati diri manusia yang mengarah kepada kesadaran transendental. Namun masih ada sisi lain dari dinamika kehidupan wong Jowo yang harus diberi perhatian lebih, yaitu sosio-kultural tingkat bawah yang merupakan mayoritas dalam strata sosial.
Bagi kalangan wong alit ( rakyat jelata ), masa ketertindasan yang tidak jelas kapan masa berakhirnya, memunculkan konsep satrio piningit atau Ratu Adil sebagai harapan dan dendam dari realitas kesenjangan sosio-kultural. Wajar saja untuk dipahami, bahwa umumnya manusia masih ingin bertahan hidup bila masih punya harapan. Banyaknya contoh kejadian bunuh diri dalam berita kriminal, adalah telah matinya harapan sebelum seseorang mati bunuh diri. Bila keputus-asaan menjadi keseragaman masyarakat, maka mereka akan menemukan kecerdasan, yaitu : lebih baik penguasa yang mati daripada rakyat banyak yang mati. Dengan fakta seperti inilah, hendaknya dipahami bahwa revolusi sosial adalah ancaman terbesar bagi penguasa otoriter yang Status Quo.
Sebenarnya kalau para penguasa mau adil dalam memerintah dan ada keberpihakan kepada rakyat, insya Allah cita-cita masyarakat Jawa yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo akan terwujud, dan nantinya akan tercapai seselarasan lahir bathin, karena wong Jowo juga punya etika andap asor dan balas budi bagi siapa saja yang mau menjadi mitra kehidupannya. Masyarakat bawah terlalu lugu dan polos untuk dibodohi dan didzolimi oleh penguasa, tapi bukan berarti sebagai objek kapitalisme.

Read Users' Comments (0)

Wafatnya Idealisme


WAFATNYA IDEALISME

WAFATNYA IDEALISME
Suryono, S.Ag
Pengertian idealisme secara etimologis adalah suatu ajaran/paham , bahwa apa saja yang riil/nyata, adalah apa yang ada di dalam ide/gagasan/konsep, dan apa saja yang terlihat dan terbukti secara fisik/lahiriyah hanyalah penterjemahan dari suatu ide yang sudah ada sebelumnya. Materialisme itu tidak akan pernah ada, kalau tidak didahului oleh idealisme.
Cara pandang tiap orang akan berbeda dalam menyikapi realitas. Sebagaimana Tuhan telah menjadikan alam yang sangat beragam tapi juga harmoni, dari jenis makhluk yang sangat lembut/halus, sampai dengan makhluk yang paling kasar dank keras, dengan karakter yang berbeda-beda, maka pengetahuan tiap orang juga berbeda-beda untuk menilai realitas. Menangkap lalat sangatlah sulit, walaupun menangkap angina jauh lebih sulit. Dengan analogi ini, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang materi lebih mudah untuk dijadikan pijakan orientasi khalayak awam dalam mensikapi realitas kehidupan.
Setiap orang yang waras tentunya mempunyai hasrat dalam hidupnya, namun suatu hasrat yang tidak terkonsep menjadi idealisme atau mengkristal dan menjadi ideologi, hanyalah akan menjadi petualangan nafsu yang mudah ejakulasi sebelum sampai pada klimaksnya. Hal ini bisa terjadi karena lemahnya kecerdasan emosional dalam diri seseorang, atau tidak adanya faktor eksternal yang menjadi penolong bagi kehancuran hidupnya.
Penolong di luar diri manusia sangatlah penting, walaupun untuk seorang yang sudah menyatakan sebagai manusia yang percaya diri. Penolong diluar diri manusia walaupun irasional, dapatlah diterima untuk skala frekuensi fragmatis. Dan adalah suatu kebodohan kuadrat, bila seseorang merasa dirinya sukses dengan mengingkari faktor penolong di luar dirinya. Juga merupakan suatu arogansi picisan untuk suatu pengakuan sebuah keberhasilan hanya dengan kerja kerasnya sendiri.
Dunia di luar diri manusia seringkali dianggap sebagai ancaman bagi manusia itu sendiri, hal ini dikarenakan manusia belum memahami bahwa diri manusia adalah alam mikro, artinya dalam diri manusia sudah tercakup segala unsur alam yang makro. Itulah sebabnya, mengapa manusia pantas dijadikan khalifah di bumi.
Kekalahan seseorang di alam idea, berdampak keterpurukan di alam riil, karena perjuangan idealisme dituntut sikap yang fragmatis, elastis dan barangkali sedikit politis, supaya orientasi menjadi tetap fokus, dan target material serta spiritual mudah tercapai. Keberhasilan seseorang juga belum tentu karena keteguhannya dalam memegang prinsip serta idealis, tapi bisa jadi keberhasilannya itu karena ada faktor lain, seperti keberuntungan, suasana atau kondisi yang berpihak, atau nepotisme. Keputus-asaan seseorang dalam menerima kekalahan setelah bertarung dalam menghadapi realitas kehidupannya, tidak ubahnya seperti dukun santet yang kalah dan tubuhnya ambruk muntah darah.
Harus disadari, bahwa pertarungan idealisme yang teraktualisasi dalam alam dzohir, adalah pertarungan nilai, yang membutuhkan bukti fisik berupa materi. Seberapa banyak seseorang menguasai materi, adalah bukti kemenangannya dalam persaingan nilai, dan kekuatan pengaruhnya dalam usaha pemberdayaan yang dilakukannya. Pemberdayaan dalam konteks pertarungan nilai adalah memberdayakan orang-orang yang tidak berdaya ( eksploitasi ) untuk kepentingan seseorang ( kapitalis ) supaya bisa bertambah daya dan tambah jaya,
Bila seorang idealis tidak dapat memperjuangkan prinsipnya dengan prilaku yang elastis dan fragmatis, wallohu a’lam bisshowwab, tinggal menunggu qiyamat sughro dalam akhir hidupnya. Yang pasti, akal manusia terlalu lemah untuk menganalisis gejala kesuksesan ataupun kegagalan dari sudut pandang yang multidimensi, dan Tuhan-lah yang menjadi hakim absolut untuk memutuskan segala perkara yang rasional-realistis maupun yang irasional-fragmatis.

Read Users' Comments (0)